Mantra

Dream, Believe and Make It Happers + Do It.
Because Practice makes perfect.

Jumat, 25 November 2011

RAN

RAN adalah salah satu grub musik favorit saya. selain musiknya enak didengar, liriknya juga mudah dicerna. Meski sampe sekarang saya belum bisa ketemu langsung sama mereka, tapi saya masih berharap semoga suatu hari nanti saya bisa ketemu mereka. amin.



Latar belakang Lahir      :  Jakarta, Indonesia
Jenis Musik                    : Pop, R&B
 Tahun aktif                    : 2008 – sekarang
Perusahaan rekaman      :Universal Music Indonesia
Situs resmi                     : www.ranforyourlife.com
Anggota                         :  -      Rayi Putra (Rayi) - vokal, rap
      -          Astono Handoko (Asta) - (gitar)
      -          Anindyo Baskoro (Nino) - vokal
RAN merupakan grup musik asal Indonesia yang berdomisli di Jakarta. Grup musik ini dibentuk pada tahun 2007. Anggotanya berjumlah 3 orang yaitu Rayi, Asta, dan Nino. Nama grup musik ini diambil dari huruf depan ketiga personelnya. Album pertamanya ialah For Your Life dirilis pada tahun 2008.
Perjalanan karier

Kamis, 24 November 2011

Manfaat Melakukan Peregangan di Pagi Hari

img  
Ilustrasi (foto: Thinkstock)

Jakarta, Sebagian besar orang tidak memiliki banyak waktu di pagi hari untuk berolahraga. Tapi sebaiknya luangkan sedikit waktu untuk lakukan peregangan, karena ada manfaat yang bisa didapatkan.

Sabtu, 19 November 2011

 Jangan takut bermimpi






Indahkan semua oimpianmu. beri warna terbaik.


Percaya bahwa mimpi itu akan menyalami hidupmu dan suatu hari nanti itu akan mengisi harimu.

Rabu, 02 November 2011

Tentang Sang Pengembara



Tentang Sang Pengembara
Oleh Rahayu Wijayanti/ Aiiu Huyhuy


Suatu hari, hiduplah seorang yang tangguh dah bijaksana. Dia begitu di segani oleh sahabat, masyarakat maupun keluarga di sekitar tempat tinggalnya. Suatu ketika, ia memutuskan untuk pergi mengembara. Ia pun harus memilih antara dua jalan yang ada. namun sayang, ia memilih jalan yang salah.
Sang pengembara salah mengambil jalan, karena banyak pikiran dan rasa bersalah ia pun jatuh sakit. Malang memang, karena tak ada yang memperdulikannya. Untung saja saat ia sendirian didalam hutan, beberapa pohon dengan segala kerendahan hatinya memberi pertolongan si pengembara dengan ramuan dari daun-daun si pohon. Si pengembara berangsur sembuh dan sehat kembali, ia pun mulai melanjutkan perjalanannya. Meski dia tahu mungkin jika dia melanjutkan perjalanan maka pasti akan lebih banyak tantangan dan rintangan bahkan bully dan caci maki yang akan menerpanya, tapi si pengembara juga berfikir apakah dia akan mendapatkan kebahagiaan jika dia kembali ke tempat semua dan mulai memilih satu jalan lagi? Itu tak bisa dijadikan pedoman, pikir si pengembara.
Sang pengembara terus melangkah kedepan, sendirian melewati panas, terik, malam yang dingin, hujan badai, sunrise, sunset. Semuanya dia lewati sendiri.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulanpun terus berlalu. Akhirnya Sang pengembara sampai di suatu perkampungan. Disana ia bertemu dengan beberapa orang yang seumuran dengannya. Sang pengembara pun mencoba ramah pada mereka dan bermaksud ingin berteman dengan mereka.
Hari itu, Langit sedang berpihak pada si pengembara, orang-orang menerimanya dengan ramah. Sang pengembara sangat senang, dia memutuskan untuk tinggal sementara di perkampungan itu. Kini hari-harinya dipenuhi senyum dan tawa dari orang-orang baru di sekitarnya. Sang pengembara berfikir kalau kini dia tidak sendirian lagi.
Tapi ternyata sang pengembara salah, orang-orang baru di sekitarnya bermuka dua. Di belakang sang pengembara, orang-orang itu menggunjing, menjelek-jelekkan, dan menghina sang pengembara.
Sang pengembara tak menyadari hal itu, karena orang-orang baru itu selalu ramah ketika di depan sang pengembara hingga suatu malam ketika bulan purnama tersenyum manis menghiasi langit, kebenaran itu datang menghampiri sang pengembara.
Sang pengembara tidak sengaja mendengar percakapan orang-orang baru itu.

Remember When

Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya. 

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas? 

Lalu, saat kau berkata, “Aku mencintaimu”, aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

“Aku mencintaimu,” katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna? 

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

Buku Karya Winna Efendi ini begitu klasik, renyah, dan santai sekali. pokoknya mengena di hati para pelajar SMA seperti saya. pokoknya, ini adalah buku karya Winna Efendi favorit saya. :)

Kaulah Cintaku, Bukan Dirinya



Hayhay readers. hehehe, sekedar mau nge-share cerpen buatanku. meski geje kayak gini, ini cerpen sudah dimuat di tabloid gaul lho. edisinya saya lupa. hemm, semoga pada suka ya, dan tentu saja saya tunggu coment kalian agar menjadi perbaikan untuk saya. ok, happy reading all. :)

Kaulah Cintaku, Bukan Dirinya
Oleh Rahayu Wijayanti/ Aiiu Huyhuy


I love you but it not so easy
to make you here with me
i want touch and hold you forever
but you're still in my dream

Suara Endah feat Rheza mengalun lembut dari ponsel Airin yang duduk termenung didalam kelas. Lagu ini sunggung mencerminkan dirinya. Tentang segala kelemahan dan ketidak berdayaannya mengungkapkan suatu perasaan cinta. ''aku tak pantas untuknya.'' itu selalu menjadi alasan Airin.
Airin, gadis sederhana yang menuntut ilmu di lingkungan luar biasa. Dibanding teman-teman satu kelas maupun satu sekolahnya, Airin bisa digolongkan ke golongan menengah dan nggak populer.
Tapi satu hal yang terus saja mengganggunya, bukan masalah uang, kecantikan, prestasi ataupun kepopuleran. Tapi kesalahan mengenai hati dan perasaan karena Dia berani mencintai dan memendam rasa pada cowok paling populer di sekolah. Itu membuatnya tak bisa berkonsentrasi, karena Airin merasa tidak berhak memiliki perasaan seperti itu.
Airin memandang ke belakang, pojok paling ujung ruang kelasnya. Disana duduk seorang cowok yang sedang sibuk mengotak-atik laptopnya dan headset setia menempel di telinganya.
Cowok tinggi, berbehel, pintar dalam masalah komputer dan segala yang di dalamnya, jago main gitar, basket dan juga kocak abis. Meski dia nggak pinter-pinter banget dalam urusan pelajaran, tapi itu semua cukup membuat Airin terkagum-kagum padanya.
Namanya Rico, dia termasuk anak yang populer dan di gandrungi semua cewek di SMA Pelita tempat Airin menimba ilmu sekarang. Dan meski Rico populer, sampai saat ini Rico masih menyandang status jomblo.
Entahlah apa yang membuatnya tidak tertarik dengan cewek-cewek di sini yang menurut Airin Cantik, Pinter, dan bisa dibanggain itu. Dia deket sama beberapa cewek, tapi tetap saja hubungan mereka hanya sebatas teman dan tidak lebih.
''Hay Ai, ngelamun terus.'' Suara Rina membuyarkan lamunan Airin.
Airin mendongak. Didapatinya sosok Rina sudah duduk manis di bangkunya yang tepat berada di depan meja Airin.
''hayo,, ngelamunin siapa?'' tanya Rina menggoda.
Pertanyaan Rina membuat Airin salah tingkah. Secara Rina nggak tahu kalau Airin naksir berat sama Rico. ''Eh... Aku.. Aku nggak ngelamunin siapa-siapa kok. Aku cuman lagi menghayati lagu aja.'' Jawab Airin sekenanya.
''Owh..  Aku kirain ngelamunin cowok.'' Kata Rina.
Tiba-tiba tanpa diduga-duga dan di kira bakal terjadi oleh Airin, Rico memanggilnya dan tersenyum manis kepadanya.
''Ai, cerpen kamu yang di post di Blog keren. Aku suka.'' kata Rico
Airin merasakan jantungnya berdegup kencang. Hatinya cenat-cenut, lidahnya kelu dan tangannya sedingin es.
''Eh..  Oh ya. Makasih ya, kamu udah baca?'' jawab Airin gugup. Dia berusaha se normal mungkin agar perasaannya tetap tersembunyi.
Roco berdiri dan beranjak membawa laptopnya. Langkahnya begitu menawan hingga membuat Airin tak bisa mengalihkan pandangannya. Dan, jantung Airin tambah menggebu-gebu ketika Rico duduk di sebelahnya.
''Ni, aku baru aja selesai baca. Ternyata bener kata pak Tar kalau kamu itu kena virus bakat jadi penulis. Hebat.'' Rico menyodorkan laptonya kehadapan Airin dan memuji-muji Airin.
''Oh eh,, iya. Makasih deh, moga kesampean jadi penulis.'' Jawab Airin.
''mana, aku leat dong.'' Kata Rina sembari memutar laptop Rico ke hadapannya. Mulutnya komat-kamit membaca cerpenku, aku dan Rico hanya menatapnya, menunggu Rina selesai membaca.
''owh, ini cerpen tugas Bahasa Indonesia itu ya.'' Kata Rina setelah selesai membaca.  Airin mengangguk.
''Coba kirim ke Redaksi aja, siapa tahu dimuat.'' Kata Rico yang terus saja membuat Airin salah tingkah.
''Aku nggak PD ah, malu.'' Jawabku.
''Kenapa musti malu, bareng aku yok. Rencananya besok aku mau ngirim novel aku ke penerbit.'' Rina menyarankan.
''oh ya, kamu udah buat novel. Kayak apa? Critain dong.'' Tiba-tiba Rico begitu bersemangat.
Mereka berduapun mulai asyik mengobrol membahas novel Rina. Cemburu? Memang Airin cemburu, tapi dia berusaha sekuat mungkin untuk menghilangkannya. Karena Airin merasa nggak pantes buat cemburu sama cewek yang deket sama Rico.
***
Hoammmm..... Airin menguap. Diliriknya jam tangan yang ada di pergelangan tangannya, 7 menit lagi, pikir Airin. Pelajaran terakhir yang sangat membosankan. Sejarah, pelajaran ini selalu menjadi obat tidur bagi sebagian siswa. Apalagi jika pelajarannya pada jam terakhir. Semua siswa pasti diam, bukan memperhatikan, tapi tidur ataupun berusaha menahan kantuk.
Tettt.... Akhrinya pulang juga, sesegera mungkin Airin mengemasi buku-bukunya dan melangkah pulang.
Seperti biasa, bis umum menjadi alat transportasi Airin. Tak seperti siswa-siswa lain yang selalu menggunakan mobil dan supir pribadi. Terlalu menghamburkan minyak bumi, meski mengurangi pengangguran, pikir Airin.
''Ai, tunggu....'' Suara cowok menghentikan langkah Airin ketika hendak masuk ke dalam Bis.
Airin menoleh kebelakang. Ilham, teman satu kelas Airin berlari kecil menghampirinya. Tumben dia nggak bawa mobil, batin Airin.
''Ada apa?'' Tanya Airin setelah Ilham sampai dihadapannya.
''Nggak kok, aku cuman mau pulang bareng kamu aja.'' Jawab Ilham dengan nafas putus-putus.
''owh, tapi aku naik bis. Kamu mau naik bis juga.?'' Tanya Airin lagi. Ilham mengangguk pasti. Siang itu, Airin dan Ilhampun pulang bersama.
***

Sejak pulang bersama Ilham, sekarang Ilham sangat dekat dengan Airin yang lebih tepatnya berusaha untuk PDKT dengannya. Tapi Airin tak menyadari hal itu. Dia terlalu menganggap Ilham sebagai sahabat yang selalu ada disampingnya.
Jam kosong sungguh menyenangkan. Semuanya bergembira ketika jam seperti ini datang. Akhir-akhir ini para guru memang sepertinya sudah bosan mengajar murid-murid yang tak kunjung paham dengan pelajaran.

Ooo, sekejap kau mencuri hatiku
tanpa buang waktu ku tersipu
akan keindahan mu kasihku

Suara Ilham yang diiringi petikan gitar di tangannya mengalun merdu. Suaranya sungguh cocok menyanyikan lagu Mencuri Hati dari RAN itu.
Ilham memandang Airin, beberapa kali mata mereka bertemu. Airin kembali tak mengerti dengan sinyal cinta dari Ilham untuknya, Airinpun hanya melempar senyum manisnya.
''Eh, Ai. Ilham memandang mu.'' Kata Rina dengan suara melengking, kontan seluruh kelas serempak bilang ''ciee....'' Airin tertunduk malu, tapi itu malah membuat Ilham semakin bersemangat menyanyikan lagunya.
Apaan sih mereka, yang aku suka kan Rico, kok jadi digosipin sama Ilham gini, gerutu Airin dalam hati.
''Ai, udahlah nggak usah mikirin Rico. Lagian kamu ngrasa bersalah kan udah memendam rasa buat dia.'' kata Ilham.
''Maksud kamu apa sih?'' Tanya Airin sedikit emosi.
''Aku tau kok kalau kamu suka sama dia, tapi kamu ngerasa bersalah memendam rasa itu, karena kamu pikir kamu nggak pantes buat dia. Lagian kemarin dia udah jadian kan sama Rina.'' kata Ilham.
''Emang sih, tau dari mana kamu kalau aku suka sama dia? Yang bener Rina jadian sam Rico. Masak sih?'' tanya Airin.
''keliatan banget kali dari mata kamu, mata kan tak pernah bohong. Ia, masak kamu nggak tahu sih, itu kan lagi jadi tranding topic kaum cewek disini.'' Ilham menerangkan.
''owh, ya udah deh, emang aku nggak pantes buat dia. makasih ya. Kamu emang sahabat yang paling baik deh. Nggak akan terganti.'' kata Airin.
''Jadi aku hanya sahabat ni?'' tanya Ilham.
''Iya, emang apa lagi? Musuh?'' kata Airin dengan tampang oon nya.
''ya enggak, masak musuh. Ya udah, pulang yok. Keburu sore nanti.'' kata Ilham sembari menarik tangan Airin.
Hidup Airin memang penuh misteri. Akhri-akhir ini dia sering mendapatkan kejutan dari seseorang yang bisa disebut pengagum rahasia. Cokelat, boneka teddy bear, dan puisi-puisi cinta sekarang selalu ada di loker nya tiap pagi. Entahlah siapa yang memberikannya. Yang jelas dia gak bisa berharap itu dari Rico, karena Rico udah jadi milik Rina.
***

''semuanya mengalir begitu saja, aku hanya ingin ia bahagia. Dan mungkin aku berhasil membuatnya senang, meski aku gagal merebut hatinya. Memang aku belum mengungkapkannya secara terbuka, namun seharusnya dia tahu dengan segala sinyal yang telah aku berikan padanya. Aku begitu menyukainya. Sejak pertama masuk kelas ini, dia begitu mempesona, begitu memikat hatiku dan aku tertarik padanya. Tapi apa daya, dia hanya menganggapku teman. Apa yang bisa kulakukan?'' Pikir Ilham.

Dipandanginya foto-foto Airin yang terpajang rapi didinding. Ia mengambil semua pose natural itu secara sembunyi-sembunyi. Ilham mendekat ke dinding dan mulai mengambil foto-foto itu. Dia memandangnya sesaat, lalu memasukkannya ke dalam kotak berwarna buru muda bersama dengan selembar kertas putih dan sebuah kalung berliontin huruf I.
***

Pagi ini Airin tampak gelisah, ia terus saja mondar-mandir dan melengok ke pintu. Kemarin tanpa sengaja Airin melihat status Ilham di twitter, dan itu cukup bisa membuka mata Airin dan mengetahui kebenaran yang ada.
''kamu kenapa Ai? Gelisah gitu?'' tanya Rina yang sedari tadi melihat Airin mondar mandir.
''nggak kok, aku nggak papa.'' jawab Airin.
“owh, kirain lagi nunggu seseorang.'' jawab Rina.
Airin tahu kalau Ilham memendam rasa padanya, dan betapa bodohnya dia karena ia tak menyadarinya.
Hari itu, Ilham tidak masuk sekolah begitu pula hari-hari berikutnya. Airin merasa separuh jiwanya pergi, karena tak ada lagi yang menyanyikan lagu romantis di kelas ketika jam kosong. Airin Begitu merindukannya.
Berhari-hari Ilham tidak masuk sekolah, berhari-hari pula Airin tak menemukan kado-kado dari pengagum rahasianya itu lagi. Tapi pigi ini dia kembali mendapat hadiah dilokernya.
Kotak tak begitu besar yang berwarna biru itu membuat Airin tersenyum lebar. Dibukanya kotak itu perlahan, Airin tertegun melihat isinya. Foto-foto berbagai pose dengan pandangan mata Airin yang sama sekali tidak fokus pada kamera, membuatnya menyadari kalau foto itu diambil secara diam-diam.
Tiba-tiba selembar kertas meluncur dari dalam kotak itu. Airin terpana melihat tulisan tangan yang mirip anak TK tapi selalu dibanggakan pemiliknya tertulis disana.

Aku berusaha membawa bintang untukmu, tapi kau tak menyadarinya.
Aku membawa sejuk untukmu, tapi kau tak merasakannya
Lalu, kubawakan hatiku untukmu, kau kembali tak melihatnya.
Entahlah apa yang membuatmu tak menyadari kedatanganku.
Aku air yang netral bagimu, tak berasa, berbau maupun berwarna.
Aku berharap dan mendamba bisa bersamamu.
Tapi, kau hanya menganggapku sebatas teman.

Airin tertegun, ya, dia tahu semuanya. Dan kini dia begitu menyesal. Bersamaan dengan itu, sebuah SMS masuk ke ponselnya.
Aku menyukaimu Airin, sebelum kita berdekatan, sejak aku menjejakkan kakiku ke kelas ini. Kau selalu menarik perhatianku.
Airin tersenyum. Tanpa ia sadari, sebenarnya dari tadi seseorang telah memperhatikannya. Memandangi ekspresi Airin dari jauh.
''kau menyukainya.'' tanya Ilham yang dari tadi bersembunyi di balik pagar. Airin mendongak.
''makasih ya, aku suka kok.'' kata Airin.
Tiba-tiba Ilham menggenggam erat kedua tangan Airin. Matanya tepat menatap mata Airin.
''Aku suka sama kamu, mau nggak jadi pacar aku?'' tanya Ilham.
Airin tertunduk, dia diam bergeming, tak menjawab pertanyaan Ilham. Kemudian ia menegakkan kembali kepalanya.
''Aku mau.'' kata Airin lembut.
Pagi itu, Airin dan Ilham pun jadian. Airin tak merasa bersalah lagi telah memendam rasa pada Rico, karena sebenarnya Ilhamlah yang mengisi hatinya. Bukan Rico.