Hayhay readers. hehehe, sekedar mau nge-share cerpen buatanku. meski geje kayak gini, ini cerpen sudah dimuat di tabloid gaul lho. edisinya saya lupa. hemm, semoga pada suka ya, dan tentu saja saya tunggu coment kalian agar menjadi perbaikan untuk saya. ok, happy reading all. :)
Kaulah Cintaku, Bukan Dirinya
Oleh Rahayu Wijayanti/ Aiiu Huyhuy
I love you but it not so easy
to make you here with me
i want touch and hold you forever
but you're still in my dream
Suara Endah feat Rheza mengalun lembut dari ponsel Airin yang duduk termenung didalam kelas. Lagu ini sunggung mencerminkan dirinya. Tentang segala kelemahan dan ketidak berdayaannya mengungkapkan suatu perasaan cinta. ''aku tak pantas untuknya.'' itu selalu menjadi alasan Airin.
Airin, gadis sederhana yang menuntut ilmu di lingkungan luar biasa. Dibanding teman-teman satu kelas maupun satu sekolahnya, Airin bisa digolongkan ke golongan menengah dan nggak populer.
Tapi satu hal yang terus saja mengganggunya, bukan masalah uang, kecantikan, prestasi ataupun kepopuleran. Tapi kesalahan mengenai hati dan perasaan karena Dia berani mencintai dan memendam rasa pada cowok paling populer di sekolah. Itu membuatnya tak bisa berkonsentrasi, karena Airin merasa tidak berhak memiliki perasaan seperti itu.
Airin memandang ke belakang, pojok paling ujung ruang kelasnya. Disana duduk seorang cowok yang sedang sibuk mengotak-atik laptopnya dan headset setia menempel di telinganya.
Cowok tinggi, berbehel, pintar dalam masalah komputer dan segala yang di dalamnya, jago main gitar, basket dan juga kocak abis. Meski dia nggak pinter-pinter banget dalam urusan pelajaran, tapi itu semua cukup membuat Airin terkagum-kagum padanya.
Namanya Rico, dia termasuk anak yang populer dan di gandrungi semua cewek di SMA Pelita tempat Airin menimba ilmu sekarang. Dan meski Rico populer, sampai saat ini Rico masih menyandang status jomblo.
Entahlah apa yang membuatnya tidak tertarik dengan cewek-cewek di sini yang menurut Airin Cantik, Pinter, dan bisa dibanggain itu. Dia deket sama beberapa cewek, tapi tetap saja hubungan mereka hanya sebatas teman dan tidak lebih.
''Hay Ai, ngelamun terus.'' Suara Rina membuyarkan lamunan Airin.
Airin mendongak. Didapatinya sosok Rina sudah duduk manis di bangkunya yang tepat berada di depan meja Airin.
''hayo,, ngelamunin siapa?'' tanya Rina menggoda.
Pertanyaan Rina membuat Airin salah tingkah. Secara Rina nggak tahu kalau Airin naksir berat sama Rico. ''Eh... Aku.. Aku nggak ngelamunin siapa-siapa kok. Aku cuman lagi menghayati lagu aja.'' Jawab Airin sekenanya.
''Owh.. Aku kirain ngelamunin cowok.'' Kata Rina.
Tiba-tiba tanpa diduga-duga dan di kira bakal terjadi oleh Airin, Rico memanggilnya dan tersenyum manis kepadanya.
''Ai, cerpen kamu yang di post di Blog keren. Aku suka.'' kata Rico
Airin merasakan jantungnya berdegup kencang. Hatinya cenat-cenut, lidahnya kelu dan tangannya sedingin es.
''Eh.. Oh ya. Makasih ya, kamu udah baca?'' jawab Airin gugup. Dia berusaha se normal mungkin agar perasaannya tetap tersembunyi.
Roco berdiri dan beranjak membawa laptopnya. Langkahnya begitu menawan hingga membuat Airin tak bisa mengalihkan pandangannya. Dan, jantung Airin tambah menggebu-gebu ketika Rico duduk di sebelahnya.
''Ni, aku baru aja selesai baca. Ternyata bener kata pak Tar kalau kamu itu kena virus bakat jadi penulis. Hebat.'' Rico menyodorkan laptonya kehadapan Airin dan memuji-muji Airin.
''Oh eh,, iya. Makasih deh, moga kesampean jadi penulis.'' Jawab Airin.
''mana, aku leat dong.'' Kata Rina sembari memutar laptop Rico ke hadapannya. Mulutnya komat-kamit membaca cerpenku, aku dan Rico hanya menatapnya, menunggu Rina selesai membaca.
''owh, ini cerpen tugas Bahasa Indonesia itu ya.'' Kata Rina setelah selesai membaca. Airin mengangguk.
''Coba kirim ke Redaksi aja, siapa tahu dimuat.'' Kata Rico yang terus saja membuat Airin salah tingkah.
''Aku nggak PD ah, malu.'' Jawabku.
''Kenapa musti malu, bareng aku yok. Rencananya besok aku mau ngirim novel aku ke penerbit.'' Rina menyarankan.
''oh ya, kamu udah buat novel. Kayak apa? Critain dong.'' Tiba-tiba Rico begitu bersemangat.
Mereka berduapun mulai asyik mengobrol membahas novel Rina. Cemburu? Memang Airin cemburu, tapi dia berusaha sekuat mungkin untuk menghilangkannya. Karena Airin merasa nggak pantes buat cemburu sama cewek yang deket sama Rico.
***
Hoammmm..... Airin menguap. Diliriknya jam tangan yang ada di pergelangan tangannya, 7 menit lagi, pikir Airin. Pelajaran terakhir yang sangat membosankan. Sejarah, pelajaran ini selalu menjadi obat tidur bagi sebagian siswa. Apalagi jika pelajarannya pada jam terakhir. Semua siswa pasti diam, bukan memperhatikan, tapi tidur ataupun berusaha menahan kantuk.
Tettt.... Akhrinya pulang juga, sesegera mungkin Airin mengemasi buku-bukunya dan melangkah pulang.
Seperti biasa, bis umum menjadi alat transportasi Airin. Tak seperti siswa-siswa lain yang selalu menggunakan mobil dan supir pribadi. Terlalu menghamburkan minyak bumi, meski mengurangi pengangguran, pikir Airin.
''Ai, tunggu....'' Suara cowok menghentikan langkah Airin ketika hendak masuk ke dalam Bis.
Airin menoleh kebelakang. Ilham, teman satu kelas Airin berlari kecil menghampirinya. Tumben dia nggak bawa mobil, batin Airin.
''Ada apa?'' Tanya Airin setelah Ilham sampai dihadapannya.
''Nggak kok, aku cuman mau pulang bareng kamu aja.'' Jawab Ilham dengan nafas putus-putus.
''owh, tapi aku naik bis. Kamu mau naik bis juga.?'' Tanya Airin lagi. Ilham mengangguk pasti. Siang itu, Airin dan Ilhampun pulang bersama.
***
Sejak pulang bersama Ilham, sekarang Ilham sangat dekat dengan Airin yang lebih tepatnya berusaha untuk PDKT dengannya. Tapi Airin tak menyadari hal itu. Dia terlalu menganggap Ilham sebagai sahabat yang selalu ada disampingnya.
Jam kosong sungguh menyenangkan. Semuanya bergembira ketika jam seperti ini datang. Akhir-akhir ini para guru memang sepertinya sudah bosan mengajar murid-murid yang tak kunjung paham dengan pelajaran.
Ooo, sekejap kau mencuri hatiku
tanpa buang waktu ku tersipu
akan keindahan mu kasihku
Suara Ilham yang diiringi petikan gitar di tangannya mengalun merdu. Suaranya sungguh cocok menyanyikan lagu Mencuri Hati dari RAN itu.
Ilham memandang Airin, beberapa kali mata mereka bertemu. Airin kembali tak mengerti dengan sinyal cinta dari Ilham untuknya, Airinpun hanya melempar senyum manisnya.
''Eh, Ai. Ilham memandang mu.'' Kata Rina dengan suara melengking, kontan seluruh kelas serempak bilang ''ciee....'' Airin tertunduk malu, tapi itu malah membuat Ilham semakin bersemangat menyanyikan lagunya.
Apaan sih mereka, yang aku suka kan Rico, kok jadi digosipin sama Ilham gini, gerutu Airin dalam hati.
''Ai, udahlah nggak usah mikirin Rico. Lagian kamu ngrasa bersalah kan udah memendam rasa buat dia.'' kata Ilham.
''Maksud kamu apa sih?'' Tanya Airin sedikit emosi.
''Aku tau kok kalau kamu suka sama dia, tapi kamu ngerasa bersalah memendam rasa itu, karena kamu pikir kamu nggak pantes buat dia. Lagian kemarin dia udah jadian kan sama Rina.'' kata Ilham.
''Emang sih, tau dari mana kamu kalau aku suka sama dia? Yang bener Rina jadian sam Rico. Masak sih?'' tanya Airin.
''keliatan banget kali dari mata kamu, mata kan tak pernah bohong. Ia, masak kamu nggak tahu sih, itu kan lagi jadi tranding topic kaum cewek disini.'' Ilham menerangkan.
''owh, ya udah deh, emang aku nggak pantes buat dia. makasih ya. Kamu emang sahabat yang paling baik deh. Nggak akan terganti.'' kata Airin.
''Jadi aku hanya sahabat ni?'' tanya Ilham.
''Iya, emang apa lagi? Musuh?'' kata Airin dengan tampang oon nya.
''ya enggak, masak musuh. Ya udah, pulang yok. Keburu sore nanti.'' kata Ilham sembari menarik tangan Airin.
Hidup Airin memang penuh misteri. Akhri-akhir ini dia sering mendapatkan kejutan dari seseorang yang bisa disebut pengagum rahasia. Cokelat, boneka teddy bear, dan puisi-puisi cinta sekarang selalu ada di loker nya tiap pagi. Entahlah siapa yang memberikannya. Yang jelas dia gak bisa berharap itu dari Rico, karena Rico udah jadi milik Rina.
***
''semuanya mengalir begitu saja, aku hanya ingin ia bahagia. Dan mungkin aku berhasil membuatnya senang, meski aku gagal merebut hatinya. Memang aku belum mengungkapkannya secara terbuka, namun seharusnya dia tahu dengan segala sinyal yang telah aku berikan padanya. Aku begitu menyukainya. Sejak pertama masuk kelas ini, dia begitu mempesona, begitu memikat hatiku dan aku tertarik padanya. Tapi apa daya, dia hanya menganggapku teman. Apa yang bisa kulakukan?'' Pikir Ilham.
Dipandanginya foto-foto Airin yang terpajang rapi didinding. Ia mengambil semua pose natural itu secara sembunyi-sembunyi. Ilham mendekat ke dinding dan mulai mengambil foto-foto itu. Dia memandangnya sesaat, lalu memasukkannya ke dalam kotak berwarna buru muda bersama dengan selembar kertas putih dan sebuah kalung berliontin huruf I.
***
Pagi ini Airin tampak gelisah, ia terus saja mondar-mandir dan melengok ke pintu. Kemarin tanpa sengaja Airin melihat status Ilham di twitter, dan itu cukup bisa membuka mata Airin dan mengetahui kebenaran yang ada.
''kamu kenapa Ai? Gelisah gitu?'' tanya Rina yang sedari tadi melihat Airin mondar mandir.
''nggak kok, aku nggak papa.'' jawab Airin.
“owh, kirain lagi nunggu seseorang.'' jawab Rina.
Airin tahu kalau Ilham memendam rasa padanya, dan betapa bodohnya dia karena ia tak menyadarinya.
Hari itu, Ilham tidak masuk sekolah begitu pula hari-hari berikutnya. Airin merasa separuh jiwanya pergi, karena tak ada lagi yang menyanyikan lagu romantis di kelas ketika jam kosong. Airin Begitu merindukannya.
Berhari-hari Ilham tidak masuk sekolah, berhari-hari pula Airin tak menemukan kado-kado dari pengagum rahasianya itu lagi. Tapi pigi ini dia kembali mendapat hadiah dilokernya.
Kotak tak begitu besar yang berwarna biru itu membuat Airin tersenyum lebar. Dibukanya kotak itu perlahan, Airin tertegun melihat isinya. Foto-foto berbagai pose dengan pandangan mata Airin yang sama sekali tidak fokus pada kamera, membuatnya menyadari kalau foto itu diambil secara diam-diam.
Tiba-tiba selembar kertas meluncur dari dalam kotak itu. Airin terpana melihat tulisan tangan yang mirip anak TK tapi selalu dibanggakan pemiliknya tertulis disana.
Aku berusaha membawa bintang untukmu, tapi kau tak menyadarinya.
Aku membawa sejuk untukmu, tapi kau tak merasakannya
Lalu, kubawakan hatiku untukmu, kau kembali tak melihatnya.
Entahlah apa yang membuatmu tak menyadari kedatanganku.
Aku air yang netral bagimu, tak berasa, berbau maupun berwarna.
Aku berharap dan mendamba bisa bersamamu.
Tapi, kau hanya menganggapku sebatas teman.
Airin tertegun, ya, dia tahu semuanya. Dan kini dia begitu menyesal. Bersamaan dengan itu, sebuah SMS masuk ke ponselnya.
Aku menyukaimu Airin, sebelum kita berdekatan, sejak aku menjejakkan kakiku ke kelas ini. Kau selalu menarik perhatianku.
Airin tersenyum. Tanpa ia sadari, sebenarnya dari tadi seseorang telah memperhatikannya. Memandangi ekspresi Airin dari jauh.
''kau menyukainya.'' tanya Ilham yang dari tadi bersembunyi di balik pagar. Airin mendongak.
''makasih ya, aku suka kok.'' kata Airin.
Tiba-tiba Ilham menggenggam erat kedua tangan Airin. Matanya tepat menatap mata Airin.
''Aku suka sama kamu, mau nggak jadi pacar aku?'' tanya Ilham.
Airin tertunduk, dia diam bergeming, tak menjawab pertanyaan Ilham. Kemudian ia menegakkan kembali kepalanya.
''Aku mau.'' kata Airin lembut.
Pagi itu, Airin dan Ilham pun jadian. Airin tak merasa bersalah lagi telah memendam rasa pada Rico, karena sebenarnya Ilhamlah yang mengisi hatinya. Bukan Rico.