Mantra

Dream, Believe and Make It Happers + Do It.
Because Practice makes perfect.

Rabu, 02 November 2011

Tentang Sang Pengembara



Tentang Sang Pengembara
Oleh Rahayu Wijayanti/ Aiiu Huyhuy


Suatu hari, hiduplah seorang yang tangguh dah bijaksana. Dia begitu di segani oleh sahabat, masyarakat maupun keluarga di sekitar tempat tinggalnya. Suatu ketika, ia memutuskan untuk pergi mengembara. Ia pun harus memilih antara dua jalan yang ada. namun sayang, ia memilih jalan yang salah.
Sang pengembara salah mengambil jalan, karena banyak pikiran dan rasa bersalah ia pun jatuh sakit. Malang memang, karena tak ada yang memperdulikannya. Untung saja saat ia sendirian didalam hutan, beberapa pohon dengan segala kerendahan hatinya memberi pertolongan si pengembara dengan ramuan dari daun-daun si pohon. Si pengembara berangsur sembuh dan sehat kembali, ia pun mulai melanjutkan perjalanannya. Meski dia tahu mungkin jika dia melanjutkan perjalanan maka pasti akan lebih banyak tantangan dan rintangan bahkan bully dan caci maki yang akan menerpanya, tapi si pengembara juga berfikir apakah dia akan mendapatkan kebahagiaan jika dia kembali ke tempat semua dan mulai memilih satu jalan lagi? Itu tak bisa dijadikan pedoman, pikir si pengembara.
Sang pengembara terus melangkah kedepan, sendirian melewati panas, terik, malam yang dingin, hujan badai, sunrise, sunset. Semuanya dia lewati sendiri.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulanpun terus berlalu. Akhirnya Sang pengembara sampai di suatu perkampungan. Disana ia bertemu dengan beberapa orang yang seumuran dengannya. Sang pengembara pun mencoba ramah pada mereka dan bermaksud ingin berteman dengan mereka.
Hari itu, Langit sedang berpihak pada si pengembara, orang-orang menerimanya dengan ramah. Sang pengembara sangat senang, dia memutuskan untuk tinggal sementara di perkampungan itu. Kini hari-harinya dipenuhi senyum dan tawa dari orang-orang baru di sekitarnya. Sang pengembara berfikir kalau kini dia tidak sendirian lagi.
Tapi ternyata sang pengembara salah, orang-orang baru di sekitarnya bermuka dua. Di belakang sang pengembara, orang-orang itu menggunjing, menjelek-jelekkan, dan menghina sang pengembara.
Sang pengembara tak menyadari hal itu, karena orang-orang baru itu selalu ramah ketika di depan sang pengembara hingga suatu malam ketika bulan purnama tersenyum manis menghiasi langit, kebenaran itu datang menghampiri sang pengembara.
Sang pengembara tidak sengaja mendengar percakapan orang-orang baru itu.

''kenapa kita terus berteman dengan sang pengembara? Dia hanya membuat malu kita.'' kata orang I.
''sudahlah, memang dia itu bodoh dan idiot, juga memalukan. Tapi setidaknya kita bisa memanfaatkannya sebagai budak kita.'' tambah Orang II.
''tapi aku sungguh risih dengannya, ingin rasanya ku tusukkan panah tertajam berisi racun tepat di jantungnya sekarang.'' Orang III menambahkan dengan suara dan raut wajah penuh emosi.
''tenang saja, aku sudah merencanakan hal licik untuknya.'' kata orang II sembari tersenyum licik.
''apa itu?'' tanya Orang I
''sudah kudaftarkan dia sebagai penghibur diacara tahunan perkampungan. Kalian tahu kan, kalau penghibur di wajibkan bertelanjang dan melakukan gerakan-gerakan konyol. Itu akan membuatnya malu.'' Kata Orang II sambil tertawa puas, Orang I dan Orang III ikut tertawa.
Orang-orang itupun terus tertawa lebar, puas dengan rencana licik Orang II. Sementara itu sang pengembara tidak menyangka dengan orang-orang baru yang sudah dia anggap saudara itu. Ternyata tak selamanya mulut dan hati itu berbicara sama.
Malam itu juga, si pengembara mengemasi barang-barangnya dan menemui orang-orang baru itu.
''saudaraku, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalananku. Maafkan aku jika selama ini membuat kalian malu atupun risih. Tapi sesungguhnya aku tak bermaksud seperti itu.''' kata sang pengembara.
Dalam hati orang-orang itu sebenarnya sangat senang, tapi mereka kembali berpura-pura dengan memasang tampang sedih dan menyesal.
''kenapa kau pergi'' tanya orang II dengan berurai air mata.
''janganlah pergi, kau sungguh berarti bagi kami.'' tambah orang I dengan suara memelas.
''bagaimana dengan kami kalau kamu pergi?'' Orang III ikut bicara.
Sang pengembara hanya tersenyum, hatinya sungguh hancur sekarang, karena orang-orang baru itu kembali berkata dusta. Sebenarnya, jika saat itu mereka tidak berbohong, sang pengembara ingin sekali tetap tinggal untuk memperbaiki kesalahannya dan mengembalikan harga dirinya. Dusta terus terjadi, sang pengembara tidak mau hidup dalam kebohongan dan terus dibohongi.
Malam sunyi, rembulan masih setia menerangi jalan sang pengembara. Ingin rasanya ia menangis atas semua nasib buruknya, meminta pertanggung jawabab Tuhan tentang segala hal yang dilaluinya.
Tiba-tiba dia teringat nasehat sahabat nya di desa. Sahabat pernah berkata bahwa Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang tidak bisa dilalui oleh makhluknya, dan di balik semua cobaan itu Tuhan telah menyiapkan suatu yang indah untuknya.
Sang pengembara tersenyum, mungkin setelah semua kesedihan ini, dia akan menemukan suatu hal yang indah yang bisa membalik semuanya. Kuncinya hanya teris berusaha dan jangan menyerah.
Karena menurut Aa’ Gym, ada 4 perkara untuk merubah nasib.
* pekerja giat dan bisa menggali potensi alam.
* berdoa dan berusaha sungguh-sungguh.
* jangan berprasangaka buruk pada Tuhan.
* tawakal (pasrah).

Mungkin bersyukur itu sulit, karena manusia memang selalu ingin memiliki lebih. Tapi, saat seorang merasa kurang, cobalah tengok ke bawah. Disana masih banyak orang yang lebih kurang dari seorang.
Mungkin memaafkan orang yang telah menyakiti kita itu sulit, karena hati kita memang sudah terluka karenanya. Tapi belajarlah pada sang pengembara yang mau memaafkan orang yang telah menghinannya.
Kenapa manusia begitu sukar memaafkan sesamanya, kalau Tuhan kerap sekali memaafkan dosa-dosa makhluknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar